oleh

Islam dan HMI: Refleksi 73 tahun HMI

-OPINI-11.300views

Penulis: Hasanuddin

(Mantan Ketua Umum PB HMI periode 2003-2005)

Berani, itulah satu kata yang tepat untuk menyimpulkan seluruh cara pandang tentang latar belakang berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam 73 tahun yang lampau, tepatnya 5 Februari 1947, di Yogya. Kenapa berani, karena bukanlah hal sederhana untuk melakukan klaim atas nama Islam untuk melakukan suatu Gerakan Perubahan. Himpunan Mahasiswa Islam, adalah klaim dari Lafran Pane dan kawan-kawan bahwa organisasi Mahasiswa yang mereka dirikan, dibangun landasan gerakannya dari nilai-nilai ajaran Islam.  Keputusan mengambil ajaran Islam sebagai pilihan dalam memandu gerakan perubahan, akan membawa siapa pun yang ingin memahami gerakan HMI dengan terlebih dahulu mempertanyakan apa itu Islam. Siapa yang telah menciptakan ajaran Islam itu, bagaimana pola kerjanya,  dan tentu saja apa tujuannya. Tanpa memiliki pengetahuan mendalam atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, seorang anggota HMI dipastikan tidak akan memahami apa makna didirikannya HMI, bagaimana pola kerja dari HMI dan apa tujuan HMI.

Islam adalah sistem kerja dari alam semesta, yang diciptakan Allah dengan sangat sempurna, sehingga tidak ditemukan adanya cela sedikitpun dari keseluruhan sistem kerja dalam sistem tata surya. Semuanya seimbang, harmonis, dan terukur.

Keseimbangan, keakuratan ukuran dari setiap dzat dari yang sangat kecil seperti mikrobilogi, hingga yang super besar seperti Matahari, Bumi, Bulan, dan bintang-bintang yang milyaran jumlahnya, dengan jutaan galaksi diangkasa semuanya menunjukkan kehebatan dari hasil kreasi Sang Yang Maha Pencipta, Allah swt.

Keseimbangan adalah hukum dasar penciptaan. Keseimbangan atau washatiyyah adalah wujud dari realitas kebenaran (Al-Haqq). Kebenaran (Al-Haqq), berkehendak (al-iradat), dalam keseimbangan-Nya (al-mizan). Allah adalah nama dari Dzat-Nya, yang dengan Rahman-Nya, memelihara (Rabb) segenap ciptaan-Nya. Sehingga tidak satupun dari ciptaan-Nya yang tidak tunduk taat dan patuh kepada-Nya, secara sukarela, maupun secara terpaksa.

Allah memulai penciptaan-Nya dari ketiadaan. Sebab  itu setiap dzat di alam semesta raya ini bermula dari ketiadaan. Bermula dari energy gelap (dark energy), dari energy gelap inilah cahaya tercipta, demikian itulah “minaddulumaati, ilannuur” dari kegelapan menuju cahaya. Kekosongan disimbolkan dengan nol (0), sekaligus menjadi awal dari ciptaan sehingga dapat di tulis dengan 0,1. Segala ciptaan bermula dari 0 (energy) dan 1 adalah realitas dzat. Demikian itulah awal penciptaan semesta dimana langit dan bumi serta apa yang ada didalamnya dulunya adalah satu, (Ahad). Manusia juga diciptakan dari jiwa yang satu. Mikrobiologi juga awalnya dari makhluk bersel satu (amoeba).

Sebab itu primordialitas dari segala dzat semuanya berasal dari ketiadaan, sehingga segala ciptaan atau makluk itu bersifat fana, tidak kekal. Yang dengan demikian, mereka semua bergantung kepada  Allah, sebagai satu-satunya wujud yang kekal, (Allahu shamad)

Islam dengan demikian, adalah ajaran ketundukan, ketaatan seluruh yang sifatnya fana, kepada realitas yang Maha Tinggi (Al-ala), yang bersifat kekal. Islam karena itu, bukanlah agama seperti yang seringkali disampaikan oleh para antropologi agama, atau para sosiologi agama.

Himpunan Mahasiswa Islam, memahami realitas Islam yang demikian itu. Memahami bahwa para Nabi dan Rasul Allah membawa ajaran Islam yang sama. Dan memahami bahwa Al-Quran sebagai kumpulan dari ajaran Islam, yang diwahyukan Allah, dan disampaikan kepada para Nabi dan Rasul-Nya secara bertahap, adalah agar menjadi petunjuk bagi semua manusia, tanpa kecuali. Sehingga, tidak ada satu kelompok manusia pun, yang boleh melarang siapapun untuk mempelajari Al-Quran, sekalipun seseorang itu belum mengucapkan kalimasyahadat.

Dengan demikian menaati dan meneladani para Nabi dan Rasul-Nya adalah sunnah, sehingga HMI sebagaimana mereka yang meneladani para Nabi dan Rasul-Nya adalah ahlusunnah.

Ahlussunnah dengan demikian, bukan hanya para pengikut Muhammad saw, namun para pengikut para Nabi dan Rasul Allah secara keseluruhan.

Islam dengan demikian adalah ajaran yang bersifat universal yang seharusnya dijalankan oleh seluruh manusia. Sebagaimana telah dijalankan oleh makluk Allah lainnya, baik itu hewan, maupun benda-benda angkasa yang tidak terhitung banyaknya.

Himpunan Mahasiswa Islam dengan demikian adalah jamaah yang menjalankan prinsip-prinsip universalitas ajaran Islam secara wasathiyah, dengan mengikuti sunnah para nabi dan Rasul-Nya, berpedoman kepada Al-Quran.

Dengan Al-Quran inilah gerakan perubahan seharusnya dijalankan oleh HMI. Itulah makna dari “turut Al-Quran dan Hadits” dalam bait lagu Hymne HMI.

Ilmu Pengetahuan dan Aktivis HMI

Allah SWT yang Maha Rahmaan, memulai penciptaan dengan Qalam-Nya. Dengan Rahim-Nya, Allah mengajarkan Al-Quran kepada manusia. Melalui Al-Quran, Allah memberitahu tentang siapa Diri-Nya. Memberi tahu bagaimana DIA melakukan penciptaan; memberitahu segala rahasia Alam Semesta dan segala apa yang ada diantara langit dan bumi, termasuk manusia.

Lalu bagaimana para aktifis HMI itu bisa melakukan gerakan perubahan, jika tidak mencintai Al-Quran, Kitab ilmu pengetahuan paling paripurna.

Al-Quran juga disebut siraath Al mustaqiim, jalan lurus yang lapang, yang dengannya manusia tidak akan tersesat jika mengikutinya.

Al-Quran merupakan kumpulan aksioma-aksioma ilmu pengetahuan, basic dari seluruh science.

Sebab itu, jangan mengaku Mahasiswa jika tidak cinta kepada ilmu pengetahuan. Dan jangan menuruti ilmu yang tidak sesuai dengan Al-Quran. Karena pasti keliru itu.

Iqro, bacalah apa saja. Kumpulkan lah bacaan itu, dan pelajarilah segala segala ciptakaan Allah. Dalam membaca suatu karya rujuklah kepada al-Quran. Itulah makna Al-Quran sebagai pembeda (furqon). Bacalah dengan nama Allah, karena dalam setiap ciptaan Allah ada Rahmaan-Nya. Rahmaan dari Allah itulah sifat segala sesuatu makhluk.

Bacalah, dan sesungguhnya dari Allah-lah segala sesuatunya berasal, dan kepada-Nya segala sesuatunya menuju. Allah adalah awal dan akhir dari segala pergerakan semesta raya.

Tunduklah kepada Allah, sucikanlah Nama-Nya, dalam niat dan keseluruhan tindakan dan prilaku. Tiada daya dan upaya manusia, yang dapat tercapai melainkan dengan se-Izin-Nya. Kekuasaan-Nya meliputi seluruh semesta raya. (Almalikul kuddusu, Al azizul hakiim).

Bacalah, dan temukanlah bahwa kehidupan didunia ini tidaklah kekal, bahwa setiap jiwa akan memasuki pintu kematiannya menuju hari yang telah dijanjikan. Hari dimana setiap jiwa akan mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya semasa di dunia.

Hanya dengan ilmu lah, penjelasan akan seluruh rahasia semesta raya, dan rahasia akan hari kebangkitan dapat terpahami.

Ilmu pengetahuan itulah cahaya, penerang bagi manusia dalam perjalanannya. Dengan science, derajat manusia atas manusia lain mengalami perbedaan-perbedaan.

Para kader HMI mesti memahami hal ini. Tuntutlah ilmu itu dimana pun, itulah mutiara dan Marjan yang dihasilkan melalui pertemuan dua lautan. Lautan ilmu-ilmu lahir dan samudera ilmu bathin atau spritual. Ilmu lahir diperoleh melalu aktifitas observasi, maka lakukanlah kegiatan-kegiatan penelitian. Dan ilmu bathin yang diperoleh melalui pengajaran langsung dari Allah. Sebab itu, sadarlah senantiasa akan kehadiran Allah bersamamu. Sebab itulah yang disebut taqwa. Kesadaran akan kehadiran Allah yang senantiasa menemanimu itulah kekuatan yang sesungguhnya. Kesadaran seperti itu melahirkan prilaku kehambaan.

Seorang hamba tunduk, taat dan patuh kepada Tuannya. Kepada siapapun seseorang tunduk, taat dan patuh itulah tuannya. Dan ketundukan, ketaatan, kepatuhan kepada selain Allah, itulah kesesatan yang nyata. Itu adalah hasil dari ilmu yang tidak bermanfaat.

Sadarlah senantiasa akan Allah, demikian itulah sejatinya ajaran Islam yang benar. Perbanyaklah bersyukur dan ikhlas, jangan hanya dinyanyikan dalam acara acara seremonial di HMI. Dan yakinlah setiap usaha yang dilakukan akan membawa kepada tujuan, Allah SWT.

Akhirnya, selamat Milad HMI yang ke-73.

Billahitaufiq walhidayah

BACA JUGA BERITA MENARIK LAINNYA