oleh

Athirah dan Ucu: Cerita Keteguhan Hati dari Rumah yang Pernah Retak

-OPINI-148views

Oleh: Farma, S.H., M.Kn.

Sudah delapan tahun berlalu sejak film Athirah hadir di bioskop—tepatnya 29 September 2016. Tapi percayalah, kisah yang dibawa film ini masih relevan dan tetap menggugah hingga hari ini. Film ini bukan sekadar drama keluarga, melainkan potret ketabahan seorang ibu yang memilih bertahan, meski hatinya remuk oleh kenyataan.

Diangkat dari novel karya Alberthiene Endah, Athirah berkisah tentang ibunda Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla—sosok yang oleh keluarga dipanggil “Ucu”. Dibalut latar budaya Bugis-Makassar yang kuat, film ini mengajak kita menyelami realitas perempuan yang tak banyak bersuara, tapi begitu dalam lukanya. Sosok itu adalah Athirah.

Athirah bukan perempuan yang gemar mengeluh. Ia menyimpan kecewa, memeluk luka, tapi tetap menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya. Ketika tahu suaminya menikah lagi—dengan perempuan yang jauh lebih muda—ia tak berteriak, tak juga pergi. Ia bertahan. Bukan karena lemah, tapi karena cinta dan tanggung jawab sebagai seorang ibu.

Anaknya, Ucu, remaja yang diam-diam bingung melihat rumah tangga orang tuanya yang tak lagi utuh. Ia mencoba memahami, di tengah masa remajanya yang juga penuh warna. Salah satunya ketika ia jatuh hati pada Ida, teman sekelas yang cantik tapi cuek. Ucu jatuh cinta diam-diam, lalu mencoba mendekati. Gagal? Berkali-kali. Tapi Ucu tak menyerah. Mungkin, dalam dirinya mengalir darah ibunya yang tangguh itu.

Lalu badai datang. Usaha sang ayah bangkrut karena krisis ekonomi di tahun 1965. Rupiah melambung, bisnis runtuh. Tapi di saat sang ayah kehilangan arah, Athirah hadir sebagai penopang. Harta pribadinya—emas hasil jerih payahnya sendiri—ia serahkan untuk membayar gaji karyawan. Tanpa syarat. Tanpa keluhan. Bayangkan, seorang perempuan yang dipoligami justru menyelamatkan usaha suaminya. Di sinilah, Athirah tidak hanya bicara tentang cinta, tapi juga tentang keikhlasan yang tak bisa diukur dengan logika.

Dan Ucu? Ia tumbuh besar, menyerap semua pelajaran hidup itu. Dari seorang remaja pemalu dan pendiam, ia menjelma menjadi pemimpin nasional yang dikenal bersahaja. Ya, Ucu itu adalah Muhammad Jusuf Kalla—Wakil Presiden Republik Indonesia dua periode, negarawan yang dikenal cerdas, cepat mengambil keputusan, dan sangat dekat dengan rakyat.

Bagi Jusuf Kalla, keluarga adalah sekolah pertama tentang arti tanggung jawab dan pengorbanan.

Dan mungkin itu juga yang ingin disampaikan oleh film Athirah: bahwa kekuatan sejati sering datang dari tempat yang tenang—dari seorang ibu yang memilih bertahan, bukan karena tidak bisa pergi, tapi karena tahu apa yang sedang ia perjuangkan.

Kita tak perlu menjadi Wapres untuk bisa belajar dari kisah ini. Cukup dengan mulai menghargai peran ibu di rumah. Atau paling tidak, mulai berani menerima kenyataan hidup tanpa kehilangan harapan.

Sampai jumpa di #CoretanPenaAkhirPekan selanjutnya.

BACA JUGA BERITA MENARIK LAINNYA