oleh

Mengenal Tamburu: Sitar Bambu Khas Moronene dari Pegunungan Bombana

-Harapan-1105views

Bombana,HarapanSultra, COM / – Di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, terdapat warisan budaya yang masih bertahan di tengah arus modernisasi. Salah satu bentuk kekayaan budaya itu adalah alat musik tradisional yang dikenal dengan nama *Tamburu*. Lebih dari sekadar instrumen musik, *Tamburu* merepresentasikan identitas dan sejarah panjang suku Moronene yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

#### Sejarah dan Asal Usul Tamburu

Alat musik *Tamburu* memiliki bentuk yang sederhana namun penuh makna. Terbuat dari seruas bambu, *Tamburu* dimainkan dengan cara memetik dawai yang juga terbuat dari kulit bambu itu sendiri. Jenis bambu yang digunakan bukanlah sembarang bambu, melainkan bambu berduri khas Moronene yang disebut “tari.” Bambu ini memiliki karakteristik unik, di mana kelenturan dan kekuatannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan tumbuhnya. Bambu “tari” yang hidup di pegunungan dan sering tertiup angin dianggap memiliki kualitas terbaik, membuatnya lebih lentur dan tahan lama.

Proses pembuatan *Tamburu* sangat bergantung pada keahlian dan pengetahuan tradisional yang diwariskan secara turun-temurun. Bambu dipotong dan diolah ketika masih basah agar kulitnya mudah diangkat dan dibentuk menjadi dawai. Jumlah dawai pada *Tamburu* biasanya empat, yang dihubungkan oleh lempengan kayu di bagian tengah untuk memastikan stabilitas dan kualitas suara. Ujung-ujung bambu dibalut dengan ikatan rotan atau bahan serupa untuk menjaga agar dawai tidak terlepas, terutama ketika bambu mengering dan dawai menjadi tegang.

Pada bagian tengah tabung bambu, dibuat sebuah lubang persegi yang berfungsi sebagai resonator suara. Sementara itu, salah satu ujung ruas bambu diberi lubang bulat untuk menghasilkan variasi bunyi yang lebih kaya. Dengan desain yang sederhana ini, *Tamburu* mampu menghasilkan nada-nada yang unik dan indah, mencerminkan kehalusan rasa yang ada dalam budaya Moronene.

#### Fungsi dan Penggunaan Tamburu dalam Kehidupan Sehari-Hari

*Tamburu* tidak hanya berfungsi sebagai alat musik, tetapi juga sebagai pengiring dalam berbagai acara adat dan kegiatan sehari-hari. Alat musik ini lebih sering dimainkan oleh wanita, baik dalam momen-momen pribadi saat waktu senggang, maupun dalam upacara adat tertentu. Menariknya, *Tamburu* sering kali dimainkan secara solo tanpa iringan alat musik lainnya, mempertegas keunikan dan keintiman dalam cara memainkannya.

Ukuran *Tamburu* pun bervariasi, tergantung pada siapa yang akan memainkannya dan kebutuhan variasi nada yang diinginkan. Ada versi *Tamburu* yang lebih panjang dengan salah satu ujungnya tanpa ruas, yang memungkinkan kombinasi bunyi antara dawai yang dipetik dan rongga bambu yang dipukul-pukul. Keanekaragaman ini menunjukkan bagaimana *Tamburu* telah beradaptasi dan berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Moronene.

#### Pengaruh dan Penyebaran Tamburu

Secara lebih luas, *Tamburu* adalah bagian dari keluarga besar alat musik *zither* yang ditemukan di berbagai wilayah, tidak hanya di Sulawesi tetapi juga di berbagai penjuru Nusantara dan dunia. Kasra Jaru Munara, seorang ahli dalam bidang musik tradisional, mencatat bahwa dalam bahasa umum, *Tamburu* dikenal sebagai *bamboo zither* atau *tube zither*, dan termasuk dalam golongan Idio-kordofon. Alat musik ini dapat ditemukan di berbagai wilayah Sulawesi dengan nama yang berbeda-beda, seperti *Santu* di Palu, *Sattung* di Mandar, dan *Salude* di Manado.

Di luar Sulawesi, instrumen serupa dikenal dengan berbagai nama, seperti *Tang Kang* di Kalimantan, *Talempong* di Minangkabau, Sumatera Barat, *Valiha* di Madagaskar, dan *Kulitong*, *Takumbo*, serta *Tambi* di Filipina. Hal ini menunjukkan adanya kesamaan budaya yang tersebar luas di antara masyarakat Austronesia, di mana alat musik seperti *Tamburu* telah menjadi bagian penting dalam kehidupan mereka.

Nama “Tamburu” sendiri dipercaya berasal dari kata “tambur,” yang secara etimologi berasal dari kata “tanbur” yang berarti tabung dalam bahasa Hindi dan Arab. Penggunaan kata ini kemungkinan besar diperoleh melalui interaksi leluhur Austronesia dengan masyarakat dari Asia Tengah, seperti India, yang kemudian diadaptasi dalam budaya lokal suku Moronene. Karena dalam bahasa Moronene tidak dikenal huruf mati di akhir suku kata, kata “tambur” kemudian diucapkan menjadi “tamburu.”

#### Upaya Pelestarian Tamburu di Era Modern

Dalam menghadapi era modernisasi, Kabupaten Bombana menghadapi tantangan besar dalam melestarikan budaya tradisional seperti *Tamburu*. Upaya pelestarian ini tidak hanya penting untuk menjaga warisan budaya, tetapi juga untuk memperkuat identitas suku Moronene di tengah arus globalisasi. Pemerintah daerah dan para budayawan setempat berperan penting dalam memperkenalkan kembali *Tamburu* kepada generasi muda, melalui berbagai kegiatan budaya, festival, dan pendidikan formal maupun non-formal.

Dengan melestarikan *Tamburu*, Kabupaten Bombana tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga memperkaya khazanah budaya Indonesia secara keseluruhan. Alat musik ini menjadi simbol keberagaman dan kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Nusantara, serta bukti nyata bahwa budaya tradisional dapat bertahan dan terus hidup di tengah-tengah perubahan zaman.(ADV)

BACA JUGA BERITA MENARIK LAINNYA