oleh

DLH Bombana Tegaskan Komitmen Lingkungan Lewat Gerakan Berani Bersih Wonuaku

Bombana,HarapanSultra.COM | – Awal masa kepemimpinan Bupati Ir. H. Burhanuddin, M.Si dan Wakil Bupati Ahmad Yani, S.Pd, M.Si di Kabupaten Bombana tak hanya ditandai dengan seremonial pelantikan, melainkan dengan langkah nyata yang langsung menyentuh denyut nadi kehidupan masyarakat. Menjelang 100 hari pertama kerja, mereka meluncurkan sebuah inisiatif ambisius dan menyentuh akar persoalan lingkungan: Gerakan Berani Bersih Wonuaku.

Gerakan ini bukan sekadar agenda kebersihan. Ia hadir sebagai pemicu perubahan sosial dan budaya yang menempatkan kepedulian terhadap lingkungan sebagai fondasi utama pembangunan. Dengan semangat gotong royong, program ini mengajak semua pihak—pemerintah, masyarakat, komunitas, dan generasi muda—untuk mengambil bagian aktif dalam menjaga dan merawat bumi Bombana.

Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bombana, Sitti Arnidar, menegaskan bahwa gerakan ini merupakan refleksi nyata dari kesadaran kolektif akan pentingnya lingkungan yang bersih dan sehat.

“Gerakan Berani Bersih Wonuaku adalah bentuk nyata dari kebangkitan kesadaran kita. Ini bukan hanya milik pemerintah daerah atau organisasi perangkat daerah, tapi milik kita semua, tanpa kecuali,” tegas Arnidar.

Menurutnya, gerakan ini lahir dari semangat kolaborasi lintas sektor dan lintas generasi. Pemerintah daerah menggandeng komunitas lingkungan, tokoh adat, pemuda, hingga warga di tingkat RT dan RW untuk menjadi garda terdepan perubahan. Tidak ada lagi batas antara pengambil kebijakan dan pelaksana lapangan—semua menyatu dalam semangat menjaga tanah kelahiran.

Lebih dari itu, Berani Bersih Wonuaku dirancang sebagai bagian dari strategi jangka panjang yang telah diselaraskan dengan visi pembangunan Provinsi Sulawesi Tenggara. Program ini terintegrasi dalam kerangka kesepakatan percepatan pengelolaan sampah daerah tahun 2025, menandakan bahwa komitmen Bombana tidak berjalan sendiri, melainkan selaras dengan agenda besar provinsi untuk keberlanjutan lingkungan.

Arnidar juga menekankan bahwa target 100 hari kerja bukanlah tujuan akhir, melainkan pintu pembuka menuju perubahan yang lebih besar. Berani Bersih Wonuaku akan terus digelorakan sebagai pondasi perwujudan Bombana yang tangguh dalam tata kelola lingkungan hidup.

“Program ini bukan tentang mengejar angka. Ini tentang membentuk budaya, mengubah cara pandang masyarakat terhadap sampah dan kebersihan,” ujar Arnidar.

Di lapangan, gaung gerakan ini mulai terasa. Perangkat desa menggencarkan kerja bakti rutin, sekolah-sekolah mengintegrasikan edukasi lingkungan dalam kegiatan harian, dan komunitas pemuda mulai menginisiasi bank sampah serta titik-titik daur ulang skala kecil. Di rumah tangga, warga mulai terbiasa memilah sampah organik dan anorganik. Aksi sederhana ini tumbuh menjadi kebiasaan yang membentuk karakter sosial baru: bertanggung jawab dan peduli terhadap lingkungan sekitar.

Berani Bersih Wonuaku juga membuka ruang partisipasi yang luas bagi seluruh elemen masyarakat. Anak-anak ikut serta membersihkan halaman sekolah, kaum ibu membentuk kelompok pengelola kompos, sementara tokoh masyarakat menjadi motor penggerak perubahan di lingkungan masing-masing. Bahkan, dunia usaha lokal turut mendukung gerakan ini dengan menyediakan fasilitas tempat sampah terpilah dan mendanai kegiatan-kegiatan lingkungan berbasis komunitas.

“Ini adalah gerakan bersama. Bila kita bergerak serempak, perubahan nyata akan kita rasakan. Mari kita jaga Bombana, tanah kita, untuk generasi hari ini dan yang akan datang,” pungkas Arnidar dengan penuh harap.

Di tengah tantangan global soal perubahan iklim dan krisis lingkungan, inisiatif seperti Berani Bersih Wonuaku menjadi oase optimisme dari daerah. Ia menunjukkan bahwa perubahan tidak harus menunggu intervensi besar, tetapi bisa dimulai dari langkah kecil yang dilakukan bersama-sama.

Bombana kini berada di persimpangan penting. Dan lewat gerakan ini, masyarakatnya memilih untuk melangkah ke arah yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan. Berani Bersih Wonuaku bukan hanya gerakan, ia adalah pernyataan sikap bahwa masa depan daerah ini sedang dibangun dari kesadaran hari ini—kesadaran yang tumbuh dari tanah sendiri, oleh tangan sendiri, dan untuk kehidupan yang lebih baik.

BACA JUGA BERITA MENARIK LAINNYA