oleh

Bupati Buton Selatan Hadiri Pesta Adat Ma’cia dan Tauno Ganda Lapandewa Tambunaloko

-Head Line-12.124views

Batauga, HarapanSultra.COM | Bupati Buton Selatan, H. La Ode Arusani berkesempatan menghadiri Pesta Adat Ma’cia dan Tauno Ganda Lapandewa Tambunaloko di Galampa Desa Lapandewa, Kecamatan Lapandewa, Rabu, (18/11/2020).

Turut hadir mendampingi bupati, Ketua TP PKK Kabupaten Buton Selatan, Anggota DPRD Buton Selatan, La Muhadi, sejumlah Kepala OPD lingkup Pemkab Buton Selatan, pemangku adat atau Parabela, tokoh masyarakat dan masyarakat setempat.

Dalam sambutannya, Bupati Arusani menyampaikan rasa terima kasih kepada masyarakat Lapandewa yang telah mengundang dirinya untuk hadir dalam pesta adat yang tiap tahun diadakan ini.

Bapak Bupati juga sangat mengapresiasi pelestarian adat oleh masyarakat ini. Termasuk adanya tradisi penyembelihan hewan kurban dalam acara adat sebagai simbol kebersamaan.

” Harapan saya, semoga tahun depan diadakan lebih meriah lagi. Bila masih ada proses adat yang masih dilupakan agar diperbaharui, dikembalikan lagi ke tempat semula sebagai bentuk pelestarian adat budaya leluhur kita,” katanya.

Pesta adat ini diselenggarakan oleh dua desa, yakni Desa Lapandewa dan Lapandewa Jaya. Pesta adat ini mengangkat tema “Merekonstruksi Nilai-nilai Kearifan Lokal Demi Terwujudnya Masyarakat Lapandewa Tambunaloko Beradat dan Berbudaya”.

Acara dimulai dengan “Batata”. Dua tokoh adat membacakan doa di 16 titik arah mata angin. Doa dipanjatkan agar masyarakat dan daerah dijauhkan dari marabahaya.

Setelah itu dilanjutkan dengan menyajikan talang yang berisi olahan hasil bumi kepada tokoh adat dan tamu undangan. Dikandung maksud menyajikan hasil dari ikhtiar mengolah hasil bumi yang merupakan nikmat Allah SWT untuk manusia.

Sehari sebelum pesta adat, terlebih dulu dilakukan penyembelihan hewan kurban berupa kambing. Hewan kurban ini sebagai bentuk persembahan atas nikmat dari pencipta. Daging hewan kurban inilah yang kemudian disajikan dalam pesta adat Ma’acia ini.

Ritual kemudian dilanjutkan dengan “Sumpah Batata” atau petuah yang dibawakan dua orang pemangku adat. Dimaksudkan untuk memanjatkan doa agar masyarakat diberi rejeki dan umur panjang.

Sebelum acara ditutup, dilangsungkan juga lagu adat oleh Parabela secara bergiliran. Lagu adat ini berisi petuah-petuah. (SHJ)

BACA JUGA BERITA MENARIK LAINNYA