oleh

Tari Lulo Alu : Warisan Budaya Bombana Yang Bersinar Di Istana Merdeka Pada HUT RI Ke – 79

Jakarta, HarapanSultra, COM /  – Tari Lulo Alu, sebuah tarian tradisional dari Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara, menjadi sorotan dalam perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta. Tarian ini tampil pada sesi hiburan penurunan bendera yang disiarkan langsung melalui akun YouTube Sekretariat Presiden pada pukul 15.46 WITA, dengan durasi sekitar 5 menit 20 detik. Momen ini menjadi bukti kuat bahwa budaya lokal memiliki tempat istimewa di panggung nasional, sekaligus mengukuhkan posisi Sulawesi Tenggara dalam keanekaragaman budaya Indonesia.

Tari Lulo Alu bukan hanya sebuah penampilan seni, tetapi juga manifestasi dari rasa syukur masyarakat Tokotu’a, Kabaena, Bombana. Tarian ini menceritakan tentang kebiasaan masyarakat setempat yang menggelar ritual syukur setiap kali musim panen berakhir dengan hasil yang melimpah. Mereka menyadari bahwa ada kekuatan maha pengatur yang memberikan rezeki berupa ladang yang subur dan hasil kebun yang berbuah lebat. Melalui tarian ini, mereka mengekspresikan rasa syukur dan kebersamaan, serta menghormati alam dan sang pencipta.

Ritual ini menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Tokotu’a, yang setiap tahunnya merayakan keberkahan yang diterima melalui hasil panen. Tari Lulo Alu bukan hanya sekadar hiburan, melainkan juga simbol ikatan spiritual antara manusia dengan alam, serta cerminan kebersamaan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Penampilan tari ini dimulai dengan lirik yang dinyanyikan oleh Diana Munsir, yang berbunyi “Measa w(v)itangku da moico… W(v)ita lahiriangku…”. Suara merdu Diana menjadi pembuka yang mengajak para penonton memasuki atmosfer syukur dan keheningan batin. Selanjutnya, puluhan penari Lulo Alu memasuki lapangan Istana Merdeka sambil menyanyikan “W(v)ita da nimasiakoo… Tokotu’a yoo neeno”. Para penari ini membawa properti berupa tongkat panjang dan pendek, yang kemudian digunakan dalam berbagai gerakan yang mencerminkan kerjasama dan keseimbangan.

Kostum para penari menambah kesan elegan dan berbudaya, dengan pakaian putih yang dibalut kain berwarna merah dan emas, celana biru, serta aksesoris berupa ikat kepala. Sementara itu, para penabuh alat musik tradisional mengenakan celana kain hitam, sarung motif kotak berwarna hijau, baju putih berbalut kain bercorak hitam emas, dan ikat kepala. Musik tradisional yang mengiringi tarian ini terdiri dari gong, gendang, dan gambus, dengan tempo yang cepat dan penuh semangat, seakan menggambarkan dinamika kehidupan masyarakat Kabaena.

Salah satu momen puncak dalam penampilan ini adalah gerakan para penari yang bermain di atas tongkat panjang. Gerakan ini tidak hanya menuntut keterampilan fisik, tetapi juga kekompakan dan keselarasan antar penari. Penampilan tersebut diakhiri dengan nyanyian berbahasa daerah yang dilantunkan secara bersama-sama, sebelum tim penari meninggalkan lapangan dengan anggun.

 

Tari Lulo Alu menjadi penampil pertama pada sesi hiburan penurunan bendera, mengawali daerah lain yang juga menampilkan kekayaan budaya mereka di Istana Merdeka. Tim penari kolosal asal Sulawesi Tenggara ini, yang dikoreografikan oleh Sukrin Suhardin dan Abdul Halim alias Kaka Younk, berhasil memberikan pertunjukan yang memukau dan sempurna sesuai harapan.

Kepala Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Bombana, Anisa Sri Prihatin, S.Sos., M.Si

Kepala Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Bombana, Anisa Sri Prihatin, S.Sos., M.Si, mengungkapkan rasa haru dan bangganya saat dihubungi oleh awak media.

“Alhamdulillah, suatu anugerah dan kehormatan bagi Provinsi Sulawesi Tenggara, khususnya Kabupaten Bombana, tarian asal Pulau Kabaena bisa tampil memukau dan sukses sesuai harapan kita semua,” ujarnya. Anisa juga menambahkan bahwa sejak ia menjabat sebagai kepala dinas, ini adalah kali kedua tarian adat asal Kabaena tampil di Istana Merdeka, setelah sebelumnya Tari Lumense tampil pada perayaan HUT RI ke-77 pada tahun 2022.

Menurut Anisa, banyak provinsi dan kabupaten di seluruh Indonesia yang mengantri untuk mendapatkan kesempatan tampil di Istana Merdeka. Oleh karena itu, kesempatan ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Sulawesi Tenggara, khususnya Bombana.

”Terimakasih banyak atas dukungan penuh bapak Pj Bupati Bombana,(Drs. Edy Suharmanto, M.Si),Sekretaris Daerah  Bombana (Drs. Man Arfa, M.Si),dan seluruh masyarakat Sulawesi tenggara khususnya masyarakat kabupaten bombana” Tutur Mantan Kadis Balitbang tersebut.

Penampilan Tari Lulo Alu di Istana Merdeka bukan hanya sebuah pertunjukan, tetapi juga sebuah pesan tentang pentingnya pelestarian budaya. Dalam konteks ke-Indonesiaan, tarian ini menunjukkan bahwa setiap daerah memiliki kekayaan budaya yang patut untuk dirawat dan dilestarikan. Tarian ini juga menjadi bukti bahwa warisan budaya dapat menjadi media untuk memperkuat identitas nasional, serta mengingatkan kita semua akan pentingnya menjaga keberagaman budaya di tengah arus modernisasi.

Melalui penampilannya di panggung nasional, Tari Lulo Alu berhasil menanamkan kesadaran akan pentingnya melestarikan budaya lokal di kalangan masyarakat umum, terutama generasi muda. Diharapkan, warisan budaya ini akan terus hidup dan berkembang, menjadi bagian integral dari kehidupan bangsa yang terus bergerak maju dalam kebhinekaan.

 

BACA JUGA BERITA MENARIK LAINNYA